21 November, 2008

Don’t judge the book from the cover masih berlakukah??

Media masa hari hari ini dipenuhin berita berita kasus SISMINBAKUM yang melibatkan (sampai saat ini hanya dimintai keterangan sebagai saksi) beberapa orang mantan pejabat Negara, tak ketinggalan pula istri/ex istri mantan pejabat Negara itupun ikut dimintai keterangan sebagai saksi.

“Jasman mengatakan, kedatangan istri-istri pejabat tersebut relevansinya untuk dimintai keterangan. Sebab, mereka ditengarai ikut pula menikmati dana Sisminbakum. Namun Jasman enggan menyebutkan inisial nama istri-istri pejabat yang dimaksud.” www.inilah.com

Saya sebenarnya tidak peduli dengan berita ini, Cuma ketika saya melihat di televisi salah satu ex istri dari mantan Pejabat Negara yg sekaligus Ketua Majelis Syuro salah satu Partai yang berlandaskan ISLAM ingatan saya melayang kembali ke awal awal masa reformasi ketika partai partai baru tumbuh,

Pada waktu itu semangat aktivis saya sedang berkobar dengan hebatnya, dan dengan berlatar belakang historis pilihan politik keluarga, saya pun dengan semangatnya ikut menceburkan diri menjadi aktivis Partai yang berlandaskan ISLAM ini.

Puluhan Orasi politik dari sang mantan pejabata Negara (KETUM pada waktu itu) saya ikuti, sungguh seorang ORATOR yang ulung, ayat ayat Al-quran, hadist hadist Nabi keluar dari mulut sang ORATOR dengan indahnya. Tak ketinggalan logika logika politik, sosial dan ketata negaraan beliau tampilkan karena memang inilah keahlian utama beliau sang Pakar Hukum Tata Negara.

Dan waktu pun berlalu, Pemilu diawal reformasi telah menghasilkan sejumlah anggota dewan termasuk sang KETUM, sampai akhirnya menjadi salah seorang Menteri dari Presiden terpilih diawal reformasi.

Hari pelantikan tiba, para istri istri yang kebetulan suami suami mereka diangkat menjadi menteri ikut mendampingi.
Disini titik temu ingatan saya diawal awal reformasi dengan saat ini. Tidak ada yang berubah. Yang berubah hanyalah status, pada saat itu istri dan sekarang adalah mantan isteri.

Saya mungkin terlalu idealis, seorang pempimpin partai islam, kehidupan pribadi atau keluarganya harus benar benar islami, mulai dari hal hal yang sepele (kalau memang ini dianggap sepele) misalnya cara berpakaian harus islami.
Pepatah mengatakan Jangan melihat buku dari sampulnya??lihatlah isi didalamnya. Begitupun dengan pakaian, tidak perlu berpakaian secara islami yang penting shalih hatinya.
Manager saya saat ini bilang, 30% proposal akan dibaca jika disampul dengan baik dan dilengkapi dengan ilustrasi ilustrasi menarik lainnya.
Jadi manakah yang masih relevan untuk saat ini??


Disepuluh tahun yang lalu saya lebih memilih proposal yang di cover dengan bagus

Dan…..
Dihari pelantikan itulah saya melihat istri istri para menteri, dan dihari itupula lah saya selangkah demi selangkah mundur dari aktivis Partai berasas ISLAM ini. Dan sampai sekarang pilihan Politik saya tetaplah ada didalam hati,

2 komentar:

Echi mengatakan...

hmm... pilihan yang sulit yah mang :) kadang saya ingin menilai seseorang tidak dari tampilan luarnya, tapi gimana mungkin seseorang yang kulit badannya terobral disana-sini akan dapat melebihi keshalehan seorang muslimah yang menutup auratnya dengan hijab yang sudah sesuai dengan aturan yang ditentukan ? nalar saya belum nyampe untuk bisa memahami urusan hati dan logika jgn disamaratakan, karena menurut saya apa yang tercermin pada diri kita adalah hasil kompromi otak dan hati kita bukan ? hehe...

maaf kalo ga sependapat dengan teman2 yang lain loh yah =)

Anonim mengatakan...

.mBetul neng ECHI...
Disepuluh tahun yang lalu nalar saya lebih mengikuti kata hati daripada mengikuti logika kemungkinan..
Walahualam....